Selasa, 17 April 2012

Sehat dengan Kombucha Si Probiotik Kuno


Sekali beli, bisa dipakai untuk seumur hidup. Bahkan bisa diturunkan kepada anak atau cucu.

Begitu penjelasan Aris Kadarisman, seorang produsen kombucha, setengah berpromosi. Kombucha tak lain adalah sejenis cairan mirip jus apel yang dihasilkan oleh sekumpulan ragi (yeast) dan bakteri menguntungkan alias probiotik. Manfaatnya cukup banyak, antara lain untuk mengatasi nyeri sendi, nyeri haid, keputihan, ambeien, osteoporosis, hipertensi, diabetes, asam urat, hingga tumor dan kanker.

Warisan Keluarga

Kombucha sudah sangat lama dikonsumsi manusia. Konon, probiotik kuno ini berasal dari Manchuria, China yang kemudian menyebar hingga ke Timur Tengah, Jerman, Polandia, Jepang, hingga Rusia. Di Indonesia, kombucha biasa disebut jamu dipo. Sejumlah orang tua, khususnya dari etnis Cina, banyak yang masih mengkultur kombucha untuk dikonsumsi sendiri.Aris, salah satu generasi yang mendapat warisan kombucha dari kakeknya. “Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikan. Namun, dari banyak bacaan saya tahu banyak orang yang tertolong setelah minum teh kombucha,” jelas Aris. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk memproduksi kombucha meskipun berawal dari kecil-kecilan saja.


Berdasarkan pengalamannya, teh kombucha sangat efektif untuk mengatasi nyeri sendi, nyeri haid, ambein, dan keputihan. Cara mengonsumsinya relatif mudah. Setelah dikultur (ditumbuhkan) selama empat hari, teh kombucha dapat dipanen dan diminum dua kali sehari sebanyak satu gelas. Bagi pemula, disarankan untuk mulai dari satu gelas. Setelah terbiasa, bisa ditambah satu gelas lagi.Bagi penderita diabetes, lain lagi caranya. Kombucha yang dikonsumsi sebaiknya dikultur minimal selama tujuh hari. “Pada saat itu, gula yang terdapat dalam media kultur sudah terfermentasi atau terurai, sehingga aman untuk dikonsumi penderita diabetes,” ujar Aris. Sedangkan untuk penderita tumor atau kanker, ganti penggunaan teh hitam dengan teh hijau dalam pembuatan media kultur kombucha.

Media Teh Manis

Media kultur kombucha memang sederhana, yaitu teh manis, “Sedangkan starter yang dipakai ya starter kombucha,” ujar Aris. Sebenarnya, kombucha mirip dengan nata de coco, tapi beda starter. Seperti halnya nata de coco, kombucha juga mengeluarkan semacam gel gelatin berwarna keputihan.

Semua jenis teh bisa digunakan sebagai media asalkan bukan teh berperasa, sedangkan gula yang dibutuhkan sebanyak 10% dari volume teh atau 200 gram. Setelah cairan teh manis dingin, masukkan ke dalam toples berisi starter berikut gelatinnya, kemudian tutup tapi jangan terlalu rapat.Setelah 4—5 hari, cairan teh yang telah bercampur starter kombucha mulai terlihat bening. Pada saat itu, kombucha sudah bisa dipanen dengan cara mengambil 90% dari total cairan. “Simpan cairan kombucha yang sudah dipanen dalam lemari es untuk dikonsumsi selama beberapa hari,” jelas Aris.

Untuk kultur selanjutnya, tambahkan sisa starter berikut gelatin dengan dua liter larutan teh manis dan panen pada hari ke 4—5 berikutnya. Agar kultur kombucha panjang umur, “Hindari penggunaan sendok dari aluminium saat panen kombucha,” saran Aris. Selain itu, pastikan larutan teh manis sudah benar-benar dingin saat dicampur dengan starter-nya.

Ciri-ciri kombucha yang tidak berkembang alias mati antara lain, larutan teh kehitaman dan saat toples dibuka berbau busuk. Selain itu saat gelatin ditekan langsung hancur, berbeda dengan gelatin dari kombucha hidup yang kompak dan kenyal.

Sumber : Enny Purbani T. (Tabloid Agribisnis)