LENGKUAS (Lenguas galanga atau Alpinia galanga)
sering digunakan oleh para ibu di dapur sebagai penyedap masakan. Manfaat lain
tanaman dari India ini adalah sebagai bahan ramuan tradisional dan penyembuh
berbagai penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan jamur kulit. Namun, di
luar dua manfaat tersebut, lengkuas ternyata juga punya peran dalam
memperpanjang umur simpan atau mengawetkan makanan karena aktivitas mikroba
pembusuk. Pendeknya, lengkuas dapat berperan sebagai pengganti fungsi formalin
yang sekarang sedang hangat diperbincangkan.
Kita mengenal ada dua jenis tumbuhan lengkuas, yaitu
varietas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dan varietas berimpang umbi
merah yang ukurannya lebih besar. Lengkuas berimpang umbi putih umumnya
digunakan sebagai penyedap masakan, sedangkan lengkuas berimpang umbi merah
banyak digunakan sebagai obat. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga
mempunyai aroma yang khas.
Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas antara lain
mengandung minyak atsiri, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil
sinamat, kaemferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. Minyak atsiri yang
dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer, dan methyl-cinnamate.
Beberapa kegunaan lengkuas sebagai tanaman obat mulai dari mengobati rematik,
sakit limpa, membangkitkan nafsu makan, bronkhitis, morbili, panu,
antibakteria, membersihkan darah, menambah nafsu makan, mempermudah pengeluaran
angin dari dalam tubuh, mencairkan dahak, mengharumkan serta merangsang otot
bahkan dapat membangkitkan gairah seks.
Di samping itu, lengkuas merah bila dimasak dengan cuka
encer, dapat dijadikan minuman untuk wanita yang baru melahirkan karena dapat
mempercepat pembersihan rahim. Bila dicampur dengan bawang putih yang telah
dilumatkan dengan perbandingan 4 – 5 : 1 dan dimasak dengan sedikit cuka,
lengkuas bisa menjadi obat kurap dengan cara dioleskan pada kulit yang
terserang kurap. Bahkan bila diremas-remas dengan cuka dan dioleskan seperti
lulur, lengkuas mampu menyingkirkan bercak-bercak kulit dan tahi lalat.
Antimikroba
Peran lengkuas sebagai pengawet makanan tidak terlepas
dari kemampuan lengkuas yang memiliki aktivitas antimikroba. Antimikroba adalah
senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas
mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat
bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan
bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan
kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
komponen di dalam rempah-rempah bersifat sebagai antimikroba, sehingga dapat
mengawetkan makanan. Komponen rempah-rempah yang mempunyai aktivitas
antimikroba terutama adalah bagian minyak atsiri.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB yang dimotori oleh Winiati Pudji Rahayu
misalnya telah membuktikan bahwa lengkuas merah yang muda memiliki aktivitas
antimikroba yang tinggi, yaitu dengan daya hambat rata-rata 38,3 persen.
Lengkuas ini mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan perusak pada
pangan khususnya terhadap Bacillus cereus. Penelitian yang dilakukan
terhadap ikan kembung terbukti dapat memperpanjang masa simpan ikan kembung
pada suhu 40 oC dari 5 hari menjadi 7 hari dengan menggunakan bubuk
lengkuas 2,5 persen yang dikombinasikan dengan garam 5 persen.
Penelitian ini telah berhasil menemukan sebuah pengawet
alami untuk membuat makanan tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan lengkuas
diharapkan mampu memperpanjang masa simpan bahan pangan dan minuman tanpa
mengurangi kualitas dan lebih penting tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Pengawet alami ini jelas lebih murah dan mudah didapat di sekitar kita.
Hal ini membuktikan bahwa alam telah menyediakan solusi
yang murah dan aman untuk kesehatan. Formalin adalah masa lalu yang harus
segera kita tinggalkan jauh-jauh sebagai pengawet makanan. Masih banyak cara
yang aman dan alami untuk mengelola bahan makanan dan minuman supaya awet dan
tahan lama tanpa mengensampingkan aspek keamanan bagi kesehatan manusia.***
Sumber : Pusat Bioteknologi ITB/dari berbagai sumber.